Sabtu, 21 Mei 2011

Terapi Wicara Dan Telat Bicara

Apa saja yang dilakukan dalam terapi wicara? Anakku belum bisa bicara dan dianjurkan untuk mengikuti terapi oleh dokter
[IMG]http://vb.thakereen.com//artikel/wp-*******/uploads/2011/04/terapi-wicara.jpg[/IMG]Tanya:
Ibus yang pintar dan baik, aku mau tanya tentang terapi wicara untuk anak. Apa saja yang dilakukan dalam terapi itu, adakah kurikulumnya ?Anakku (3 th, 1 bulan) bicaranya belum jelas dan dianjurkan untuk mngikuti terapi. Kalau sempat hari ini aku mau bertemu dokter rehabilitasi medik. Tapi aku belum tahu apa yang kira-kira harus aku gali dari dokter itu. Tolong aku ya. Terima kasih. [St]
Jawab:
Anakku (19,5 bulan) sudah 1,5 bulan ini mengikuti terapi wicara di Klinik Pela, ditangani oleh 3 orang (dokter anak, psikolog dan dokter rehab). Dari penilaian mereka diputuskan anakku memerlukan terapi yaitu terapi wicara dan terapi okupasi (untuk konsentrasi). Anakku terapi 2 kali dalam seminggu. Menurut pengalamanku, si dokter yang akan banyak bertanya dan menggali informasi dari kita tentang anak kita sambil dia melakukan observasi. Berdasarkan informasi dari kita, dokter bisa lebih cermat melakukan penilaian.
Questions to Ask Speech and ******** Specialists
Questions to Ask Yourself
Is a speech and ******** specialist the appropriate expert to help with my child’s problems?
Will I be able to make the money and time commitments to work with a specialist outside of school?
Will the staff from my child’s school collaborate with the speech and ******** specialist?
Does my child work better in groups or individual settings?
Questions for the Specialist
What is your experience as a speech and ******** clinician?
What licenses and credentials do you hold that enable you to provide special ******** therapy?
What settings have you worked in (hospitals, schools, clinics)?
Do you work with children individually or in groups? If groups, how big are the groups? What is the age range? What is the focus of the groups?
Do you assess for expressive and receptive ********, as well as articulation skills?
What is the cost of an assessment? How long will it take? Will I receive a written report that explains the test results?
Do you develop a written plan with goals and objectives?
How long is each session? What is your fee structure?
How do you work with a child’s teacher and other involved professionals?
Can you provide references from current and former clients and colleagues?
What is your availability?
Review Questions
Were all my questions answered satisfactorily?
How does this speech and ******** specialist compare to others I’ve talked to?
Will my child get along with this specialist?
While SchwabLearning.org is pleased to present information and resources, it is our policy not to recommend or endorse any one specific individual, product, organization, or *** site. Because parents know their child best, they are the ones who determine the appropriateness of a school or provider ****d on a match of their childs needs, their own preferences, and the program or services offered. These questions are intended only as guidelines in the decision-making process.
http://schwablearning.org/articles.asp?r=79&g=2
Subject: Recent comments on Speech Therapy
Members have been commenting on their speech therapists and I’d like to comment. First, I taught Speech pathology for over 25 years (at Ohio State and Minnesota) and have written books and articles on therapy with minimally verbal children, and have been a therapist with over 1000 preverbal children. In my experience most training in speech therapy is with children who already talk but have some differences, such as voice problems, articulation, stuttering, syntax, literacy, or with adults with issues such as strokes, Alzheimer’s, voice, and other speech problems. Only recently has their training included much on the issue of what is needed before speech. And for many of our children, getting them ready before speech and getting them to have conversations are the two major issues. So, I ask you to be understanding of how much therapists can do. Many therapists also have little experience with children with conditions such as Down Syndrome, Autism, nonverbal communication, and other concerns of children who simply do not talk frequently. Consequently, many therapists simply do not have the successful experience seeing our children communicate as many of us on the list do. As I travel around doing workshops, I have met many speech therapist who are very interested in learning how to help our children. Often, while they do not have much training with preverbal children and their caseloads are difficult, many of them are willing to learn and help us. If you find such a therapist, feel free to download and print out the guides on our ***site, and share them with her then work together. We need to educate those therapists who are not familiar with how much our children can change. They often simply do not know what is possible but do want to help. If you are looking for a therapist to work with you, I can suggest a few guidelines:
1. Find one who realizes that you will inevitably be doing most of the work and so is willing to include you in the therapy as a partner.
2. Ask them what experience they have with your kind of child (age, diagnosis, communication level, special issues) and what successes they have had.
3. Ask them what they feel a child needs to do before speech?
4. Discover what limits they may expect for your child or for children with your child’s diagnosis. ( Unfortunately, many professionals do not have the success or experience with preverbal children nod ones with diagnoses such as Down syndrome, Autism, Motor disorders etc. and so do not understand how much our children can do. I have met many professionals who honestly believe things that we on this list know are not true; such as “If a child is not talking by 3 or 4 , she never will talk much”
“Signing is the best children with Down Syndrome can do”
“Children with autism cannot ever talk socially much.”
“You cannot expect a child with DS to have many more than a couple hundred words.”
” Be satisfied if your child can talk to get his needs met.”
” If you want too much , you may be in denial of your child’s limitations.”
“Be satisfied if your child can use a picture system for communicating in school.”
” Parents are not trained to help their children communicate and so they should leave the job to the professionals.”
“All a child needs is to play a lot with many children to learn to talk.”
5. Be sure they are willing to discuss with you your child’s goals and give you reasons for selecting them and include your goals as well.
6. Meet other parents who have been pleased with a therapist and get to understand how their child has changed during work with that therapist.
7. Do not assume that a child who rarely communicates is going to make major changes by getting one or two therapy sessions a week; realize that he is awake 100 hours a week and learning either to communicate or not to communicate during all that time with people.
8. Share the Communicating Partners materials with therapists and teachers so you can have partners in this big job of getting your child to communicate. [Hn]
Anakku baru sebulan ini mengikut terapi di Klinik Tumbuh Kembang RS Pondok Indah. Jadi belum banyak yang bisa digali. Si anak diajari untuk menurut dulu, sekalian adaptasi, baru kemudian pelan-pelan diajari untuk bicara. Itupun pengalaman ibu-ibu lain yang aku dengar. Sebelum dikirim untuk terapi, dokter akan banyak menginterview kita dan dia akan menilai juga tingkah laku anak. Lucunya waktu kebetulan anak si dokter juga sedang di sana jadi anakku main dengan anak dokter sehingga dokter bias melakukan observasi.Keputusannya hanya kurang stimulus saja. Jadi perlu dilatih secara intensif dengan terapi dan di rumah.
Tanya:
Mau tanya pendapat ibu semua. Anakku cowok, 21 bulan (akhir bulan ini 22). Belum bisa bicara sampai sekarang. Maksudnya, dia sudah mengeluarkan suara macam-macam, tapi belum ada yang berarti. Yang rada jelas paling mama, papa, emoh, kuda, gajah, pisang. Kalau mau sesuatu dia bisa menunjuk, atau mengeluarkan suara ‘mamamamamam’, atau menarik tangan orang yang di dekatnya. Kalau dikasih tahu sesuatu dia mengerti. Nah, karena adikku lagi ikut pendidikan spesialis anak, dia tanya ke dosennya. Terus sama dosennya itu disuruh bawa cepat-cepat ke tempat prakteknya. Di sana diobservasi, terus disuruh test BERA ke dokter THT. Dokter itu curiga, jangan-jangan salah satu penyebab anakku tidak bicara adalah karena kurang bisa dengar. Padahal aku sudah sering test di rumah, aku panggil pakai suara halus atau aku kasih tahu sesuatu pakai suara kecil, dia respon. Hanya saja dia memang kalau sudah konsen sama sesuatu, mau diteriaki atau mau digoyang-goyang badannya juga tidak merespon panggilan. Setelah test BERA, hasilnya telinga kanan baru respon setelah 50db, telinga kiri baru respon setelah 40 db. Hanya, kata dokter THT-nya, tidak perlu alat bantu dengar karena kemungkinan besar gangguan dengar ringan itu penyebabnya ada serumen sedikit dan anakku lagi pilek. Setelah hasilnya dibawa ke dokter yang dosennya adikku itu, terus anakku disuruh terapi wicara 2x seminggu. Akan mulai Kamis minggu ini. Aku ingin pendapat ibu sekalian. Menurut pengalaman ibu bagaimana? Sebenarnya perlu tidak anakku ikut terapi wicara? Orang-orang yang di sekitarku soalnya nadanya menyalahkan aku. Katanya aku terlalu khawatirlah, aku terlalu memaksakanlah. Ada juga yang bilang, kan anakku belum 2 tahun, buat apa pakai terapi gitu-gitu segala? Bagaimana ya ? Kasih pendapat ya perlu sekali [SKY]
Jawab:
Anakku yang kedua juga cowok, sekarang umur 3 tahun kurang 5 bulan. Ketika umur 2 tahunan anakku juga belum lancar bicara malah kalau disbanding anakmu yang umur 2 thn kurang sudah bisa bicara mama papa gajah pisang sudah jauh lebih bagus tu. Tadinya aku juga sempat khawatir kena autis. Aku juga rajin baca-baca buku tentang autis tapi kalau dilihat memang karena anaknya yang kurang terstimulasi untuk bicara soalnya dia tetap kelihatan merespon ke orang lain apalagi kalau ke papanya, eyang tung-nya atau sepupu-sepupunya yang cowok kelihatan anakku tuh senang sekali diajak main. Karena dirumah kalau pagi sepi (sepupu dan kakak-kakaknya sudah pada sekolah tiap hari) akhirnya dia aku ikutkan play group yang 2 thn-an. Sekitar 3 bulan-an Pasha sekolah tiba-tiba dia mengoceh macam-macam. Aku sekarang suka takjub saja soalnya dia sering sebut kata-kata yang baru. Dan sekarang jadinya bicara terus dan kalau dia belum puas sama jawabannya dia akan tanya terus, senang sekali. Kalau saranku mbak untuk anak laki-laki umur 2 tahun belum termasuk terlambat bicara tapi itu balik lagi ke feeling orang tua-nya. Setiap orang tua biasanya punya feeling tentang anaknya masing-masing apakah memang cuma terlambat bicara atau memang ada sesuatu. Mungkin ikut ke play group juga bagus buat dia bisa bersosialisasi dan menstimulasi bicaranya. Alhamdulillah guru di kelasnya anakku tuh sabaaar sekali dan memang orangnya ngemong ke anak-anak kecil. Sepertinya anakku dulu memang tipe anak yang agresif kalau didekati anak lain mungkin karena sebelumnya dia belum bisa bicara, tapi semenjak “sekolah” dia jadi bisa mengemukakan rasa tidak sukanya dengan marah, tanpa harus bertindak agresif ke anak lain [Gt]
Jawab:
Mbak, anakku 23 bualn juga agak telat bicaranya. Kepintaran anak seusianya sudah bisa ia lakukan bahkan sudah mengerti kalau disuruh-suruh. Sepanjang ini dia sudah bisa panggil mamah, papah, bapa, teteh, kaka, mamam dan beberapa kata pendek lainnya. Cuma untuk menyambung kata dia masih belum bisa. Terus terang aku khawatir sekali, dan sempat konsul ke Dsa-nya katanya tunggu sampai umur 2 tahun, tapi aku tidak sabar, jadi 2 minggu yang lalu aku bawa dia ke Klinik Terpadu Tumbuh Kembang Anak di Kramat Pela, kebayoran untuk diobservasi, alhamdulillah hasilnya: anakku cuma telat 3 bulan dari semestinya, alias masih dalam taraf normal, cuma saja ada kecenderungan “malas” bicara. Tapi perkembangan yang lainnya sudah setara dengan anak 23 bulan. Akhirnya anakku dijadwalkan terapi wicara 2 minggu sekali di sana. Dan sekarang sudah berjalan 2x pertemuan, alhamdulillah baik-baik saja. Jadi menurutku, keputusan mbak memasukkan ke terapi wicara sudah benar, daripada telat sama sekali? Aku cepat bertindak, karena lihat pengalaman anaknya temanku yang ikut terapi ini. Kalau kasusnya anaknya malah sempat dicurigai autis karena tidak ada kontak mata kalau diajak bicara, dan beberapa bulan setelah terapi sudah cerewet sekali! Sekarang malah sudah pintar sekali bicaranya! Sebelum aku ke klinik tersebut, sebenarnya juga ada pro & kontra, cuma dari pihak keluarga sangat mendukung dan beberapa kali aku baca artikel tentang anak yang telat bicara, jadilah aku cepat-cepat bertindak. Menurutku daripada dimasukkan ke PG sejenis tumbletots/gymbore, lebih baik kita “sekolahkan” ke terapi wicara supaya anaknya fokus dan tidak campur-campur sama bahasa asing. Aku & suami juga ada andil kesalahannya, yaitu membiarkan anakku nonton film seperti Telletubies yang berbahasa Inggris. Justru anak yang agak telat bicaranya jangan dibuat bingung dengan 2 bahasa dulu, kalau sudah lancar baru boleh, begitu kata guru/terapisnya.
Kalau metodenya anakku 1 guru = 1 murid, hari pertama masih boleh didampingi, hari kedua tidak boleh lagi didampingi, awalnya memang agak rewel cuma, akhirnya lumayan sukses, karena dia sudah bisa konsen ke gurunya. Di rumah juga kita harus mengulang-ulang yang sudah
diajarkan di sana supaya makin lancar. Tadinya aku mau mendaftarkan ke Klinik Tumbuh Kembang Anak yang di RS Harapan Kita, cuma antri untuk konsul saja sampai sebulan, akhirnya aku dirujuk ke Klinik Kramat Pela itu. Pokoknya mba tidak usah bingung-bingung, apa yang terbaik buat anak kita hanya kita, orang tuanya yang tahu Lagipula di sana suasananya juga menyenangkan, hitung-hitung sekolah privat saja [Wwd]
Pengalaman Mbak ini sama persis dengan pengalamanku dulu dengan anak pertama. Waktu itu orang-orang bilang begitu, tapi aku ikuti saja saran psikiater dan psikolog, daripada menyesal. Tidak apa-apa ikut terapi wicara. Yang aku lihat anakku jadi lebih bisa mengekspresikan keinginannya. Semakin dini tertangani kan semakin baik, karena umur emas kan 0-5 tahun, jadi kalau ketahuan pada umur-umur itu cepat bisa penyembuhannya [An]
Perkembangan bahasa pada anak berbeda-beda. Ada yang cepat ada yang lambat. Faktor-faktor yang mempengaruhi juga banyak. Tidak hanya berasal dari dalam diri anak (bawaan), tapi yang paling berpengaruh adalah lingkungan. Kasus anak lambat bicara kadang bukan sekedar ada gangguan perkembangan bahasa, tapi bisa juga karena kurangnya latihan. Karena perkembangan bahasa bukan sesuatu yang otomatis akan dikuasai oleh anak. Pada umur 2 tahun pada umumnya akan terjadi yang disebut “ledakan bahasa”. Dalam hal ini anak yang tampaknya tidak bisa bicara akan mulai menggunakan kalimat-kalimat pendek. Jadi kalau anak diam bukan berarti tidak bisa bicara. Karena aspek bicara meliputi kata-kata yang diucapkan dan pemahaman terhadap kata-kata itu. Kalau saya baca ceritanya mbak, tampak di situ kurangnya latihan. Jadi kalau anak mau sesuatu, dengan menunjuk barang yang diinginkan, orang di sekitarnya akan segera mengambilkan barang tersebut. Karena itu, anaknya jadi tidak terlatih untuk mengatakan dengan jelas apa yang diinginkannya. Masalah anaknya kalau lagi konsen sesuatu susah dipanggil, itu hal yang normal menurutku. Kalau dia sama sekali tidak bisa konsen malah kita yang mesti waspada. Menurutku, sebaiknya sebelum melakukan terapi bicara, Mbak bisa mencoba untuk melatih anaknya untuk mengungkapkan dengan artikulasi yang jelas (bukan dengan suara bayi) kata-kata yang ingin diucapkan. Misalnya, bila anak menunjuk gelas pertanda dia haus, tanyakan adek ingin apa? Minum ya? Kalau dia mengangguk, katakan, coba adek bilang mau minum dan diminta untuk mengulangi kata-kata tersebut. Latihan ini tentunya tidak bisa instan ya, harus dilakukan intensif dan juga komitmen dari orang-orang di sekitar. Jadi tidak hanya mbak dan suami yang melakukan, juga pembantu, nenek kakek, dan saudara-saudara lainnya. Kemudian coba pancing juga dengan nyanyian. Menyanyi adalah hal yang menyenangkan untuk mempelajari bahasa. Saran saya, bila mbak masih khawatir dengan perkembangan bicara anaknya, sebaiknya sebelum melakukan terapi, anaknya dibawa ke psikolog untuk pemeriksaan lebih lanjut sambil membawa tes BERA nya. Selain itu supaya kita bisa mengetahui apakah, gangguan bicara ini apakah memang disebabkan oleh faktor fisik (pendengaran) atau karena hal-hal yang bersifat psikologis. Tes psikologi ini bisa dilakukan pada saat anak berumur 2 tahun [AS]
When Will My Child Talk?
In my work with families for over 20 years, I have heard this question perhaps more than many others. Often parents wait for ******** as they would wait on a bus, sensing no control over when it comes. Unlike when a bus comes, the onset of ******** is usually something parents have influence to a very great extent.
When do children begin to talk a little? Under usual circumstances, we expect a child’s first words around 10-18 months. There is no set time table and many children begin much later and still develop good ******** for conversation and learning. And, a child may talk with some persons and not others. If a child is not using words to play and get needs met by age two, roughly, we want to look at how he is doing in those skills he needs before ********.
So another common question is, “What does a child need to do before she regularly talks and learns ******** on her own?”
After years of interviews with parents, I conclude that many parents believe that ******** just comes automatically like hair and ******, with no special help from families other than general care taking. While it is true that human beings do have a unique ability to talk as part of their genetic programming, ******** just doesn’t happen on it’s own; a child needs close contacts with people who do things she can do.
So, if you are concerned that your child may be slow to talk, I recommend that you do not expect that she is just going to grow into ******** without your help as she seems to grow into new clothes without specific help.
To develop a really useful ******** for friendship and learning, your child needs to get into several habits that we do not often think of as necessary to talk. Some of these habits are playing with people; playing meaningfully with things; imitating; turntaking; staying in interactions; communicating without words; genuinely enjoying contact with people and others.
Frequently, parents bring me children 3, 4, 5, 6, or years older, who either have not begun talking or talk mainly for themselves. These parents often feel they have done all the regular play and teaching that they gave their other children, and they conclude that something is wrong in the child.
Some very common parent reports happen over and over with many different kinds of children. “He didn’t play like other children.” “He pays little attention.” “He isn’t interested in new things.” “He repeats a lot of things.” “He gets what he needs by taking us there or making unclear sounds.” “He doesn’t enjoy close quiet time with people.” “He prefers to be alone.” “He often ignores people.” “He can’t seem to keep up with others.” All of these common comments by parents reveal a genuine concern, and often anxiety, that their child is not learning to talk.
So, what’s the answer to the question, “When will my child talk?” In my experience following the communication development of children in over 500 families, the answer is-When they develop certain kinds of relationships with people who enter their world and become partners with them at their pace.
I have encouraged many parents to stop expecting ******** to come “out of the blue”, and instead to look at themselves and the remarkable power they have to help their child to talk. A major goal of mine has been to teach parents what children need to do before ******** and, just as importantly, to teach them natural ways they can change themselves to help their child learn more with them.
For this short letter, I will ***** you to some very important things both you child and you can do regularly that have helped other children get ready to talk. Notice that when you read the list you may say two things; first, that he and you have done these things already. That may well be true, but at the time your child may not have been ready to make it a habit or not yet done it on a regular, steady basis. Second, you may say, those are baby things my child is a big girl now, and I don’t want to go back. My answer to that is that children of all ages can learn things they did not learn at earlier stages if they have enthusiastic partners to support and coach them.
With the list below, rate yourself and your child from 1-5, with 1 meaning never, 3 indicating occasionally, and 5 showing things you do consistently.
WHAT THE CHILD NEEDS TO DO
Play frequently with people
Play meaningfully with things
Imitate others’ actions and sounds
Take turns
Stay increasingly longer with people
Use gestures and sounds to communicate
Actively enjoy playing with people
Show interest in new things
WHAT YOU NEED TO DO
Play frequently as your child does
Match child’s actions and communications
Wait–give child time to do his part
Show child a next step
Take turns and keep child longer
Attend to little steps like sounds & gestures
Make play more fun than work
Expect your child to do more Dr. James MacDonald [AS]
Tanya:
Sekarang anak keduaku sudah mau 2thn2bln, dia masih belum bisa bicara, cuma bisa mama-ayah..dan uggh..ughh… Apa yang kami (orang-orang rumah) lakukan dulu ke anakku yang pertama, diterapkan juga ke anak keduaku, cuma penerimaannya di tiap anak memang beda kali ya..pas buat anak pertama tapi masih kurang stimulasinya buat anak kedua. Sejauh ini segala perintah, perkataan kita, pengenalan huruf-angka, lagu-lagu, baca-baca cerita, cara kita bicara selalu dapat respon yang baik dari anak keduaku, dia juga expressif. Meski dijawab dengan uggh..ughh..dan gerakan tangan. Kalau kita tanya anggota badan, dia tahu, demikian juga buat orang-orang terdekatnya, caranya dengan menunjuk-nunjuk. Kalau misalnya kita ucapkan kata ‘makan’ supaya anakku itu mau mengulang-ulang walau cuma kata ‘kan’ saja, anakku cuma cengir-cengir, senyum-senyum, Harapan aku sih, memorinya merekam itu semua sampai memang pada waktunya dia bicara, tapi yaa tetap saja aku khawatir. Tadinya aku pikir, dia tidak beda jauh dengan abangnya yang pas 2 tahun bicara dan perbendaharaan kata bertambah terus di usia 2-2,5thn itu. Tapi ketika aku tunggu sebulan tidak ada penambahan kata apapun dari anakku. Aku sudah bawa dia ke dsa, konsul tentang hal ini, menurut beliau sejauh ini respon dari anakku bagus hanya menunggu waktu aja, tapi beliau juga tidak melarang kami untuk membawa ke terapi wicara. Dari sharing ibu DI (dulu kan pernah dibahas, aku malah ikutan sharing Terapi,Wicara,Dan,Telat,Bicara , www.thakereen.com/vb , منتديات الذاكرين , Terapi Wicara Dan Telat Bicara ) dan aku juga sudah dapat tempat terapi wicara dari moms, ibu S dan dokternya, Aku mau coba ke terapi, ing tahu juga bagaimana buat anakku. Paling tidak kami juga jadi tahu dimana kekurangan kami dalam menstimulasinya. Moga-moga dalam waktu dekat ini anakku sudah bisa bicara ya, bu kadang aku suka kepikiran sendiri, aku yang terlalu khawatir atau biasa aja, memang belum saja waktunya bicara buat anakku? Terima kasih ya, bu [Rhm]
Jawab:
Mbak, Mungkin ada baiknya kalau sebelum ke terapi wicara, disingkirkan kemungkinan-kemungkinan lainnya. Soalnya adikku dulu juga telat bicaranya, dan diterapi wicara tapi tidak ada kemajuan. Ternyata, selidik punya selidik, telinganya yang bermasalah, pendengarannya agak kurang, tapi tidak sampai tuli. Jadi, memang respon kalau dipanggil atau diajak bicara ada, dan ini kalau tidak salah bisa diketahui dengan tes bera. Akhirnya baru setelah itu di terapi wicara yang memang arahnya ke anak yang pendengarannya kurang, baru deh berhasil. Kalau temenku lain lagi, anaknya juga telat bicara, ternyata anatomi lidahnya yang bermasalah. Aku gak inget persisnya, tapi akhirnya harus dioperasi, dan setelah itu memang ngomongnya bagus tuh. Aku cukup sering juga dengar cerita tentang anak-anak yang bicaranya telat, tapi begitu bisa bicara, tidak bisa berenti bicara. Yah, moga-moga memang belum waktunya saja kali ya mbak [Rn]
Aku mau sharing juga, anakku (2th 4bln) juga sempat dibawa ke Terapi Wicara selama 3 bulan (Juni – Agustus lalu). Alhamdulillah sekarang sudah cerewet sekali! Menjelang ulang tahun ke 2 (Juni lalu) aku merasa perbendaharaan katanya tidak ada kemajuan, cuma bisa bilang mamah, papah, bapa, teteh, kaka, mamam dan beberapa kata pendek lainnya dan juga ugh..ugh..sambil nunjuk-nunjuk kalau mau sesuatu. Tapi nalarnya sudah jalan, dan sudah mengerti kalau kita bicara apa. Sama dengan kamu, aku juga khawatir dan sempat konsul ke Dsa-nya katanya tunggu sampai umur 2 tahun, tapi aku tidak sabar, dan akhirnya aku bawa dia ke Klinik Terpadu Tumbuh Kembang Anak di Kramat Pela (Kebayoran) untuk diobservasi. Alhamdulillah anakku cuma telat 3 bulan dari semestinya, alias masih dalam taraf normal, cuma saja ada kecenderungan “malas” bicara. Tapi perkembangan yang lainnya sudah setara dengan anak 23 bualn. Akhirnya anakku dijadwalkan ikut terapi
wicara 2 minggu sekali, tapi dari Kebayoran aku pindah ke Tangerang yang lebih dekat dengan rumah (untung saja ada cabangnya!). Metode
belajarnya 1 guru = 1 murid, pada hari pertama masih boleh didampingi, untuk seterusnya tidak boleh. Selain terapi wicara aku ikutkan program Okupasi (belajar & bermain), untuk mengasah motorik halusnya. Di rumah juga kita harus mengulang-ulang yang sudah diajarkan di sana supaya makin lancar. Menurutku, sebaiknya ikutkan saja anak mbak ke terapi wicara, di sana kan dilatih oleh “ahlinya”, Insya Allah bisa cepat bicara seperti anakku. Soalnya kalau dari ceritamu, kasus anakmu hampir sama dengan anakku, ada unsur ‘kemalasan’nya. Setelah masuk 3 bulan, alhamdulillah anakku sudah makin pintar bicaranya, akhirnya aku stop dulu, sambil lihat perkembangannya. Alhamdulillah, semakin banyak perbendaharaan katanya dan makin bawel. Semoga bermanfaat yaa [Wwd]
Mbak, Kalau menurutku, mungkin :
1. Anak mbak beda sama kakaknya, masalah waktu saja. Coba cek kepekaannya, dia mengerti tidak intisari kata itu apa. Terus, diulang-ulang terus. Anak keduaku juga tidak secepat anak pertama mbak, tapi dia mengerti maksudnya apa. Aku terapkan ini juga, usaha
2. Kalau terapi, makin cepat makin baik. supaya cepat ke-cek ada apa, jika ada apa-apa, syukur-syukur tidak ada apa-apa. Aku belum tahap sepanik mbak. Masih bertahan untuk mencoba sendiri. Tapi terapinya harus lihat-lihat, aku tidak punya kenalan soal ini.
3. Pijit, pijit bayi, apa tradisional yang biasa balita. Kenapa, karena dibadan anak ada susunan syaraf di setiap anggota tubuhnya. Itu mengarah ke otak, otak merintah ke bagian anggota tubuh lain. Biar bagaimana juga Allah SWT sudah membuat pabrik yang paling sempurna yaitu mekanisme tubuh manusia, makanan untuk mata, pasti tersalurkan ke mata. Semoga dengan pijitan-pijitan itu bisa mempercepat proses ke arah yang kita mau.
4. Imunisasi yang meragukan buat mbak, lebih baik tunda dulu. Anakku tidak aku kasih MMR, karena aku ragu.
5. Khawatir, aku juga ngerti. Tapi bismillah-lah mbak. Kita intensifkan saja, lagu-lagu dimobil/rumah/vcd/ radio, bicara/mengoceh apa saja pakai peraga/tidak.
6. Yang sabar ya, masih lebih baik dirimu ada ibu, nah aku, ada apa-apa, berdua saja sama suamiku. Setidaknya mbak lebih bisa konsentrasi untuk ke satu titik, ke anak-anak

Tidak ada komentar: